Selasa, 22 Mei 2012

Hiduplah Seperti Pensil


Aku baru saja pulang dari sekolah. Sewaktu memasuki rumah, ku lihat Ibu tengah asyik menulis sesuatu dengan sebatang pensil. Dengan perasaan sedikit penasaran, aku lalu menghampiri Ibu dan bertanya. "Ibu sedang menulis apa?"

Mendengar pertanyaanku yang tiba-tiba, Ibu sedikit terkejut dan berhenti menulis, "Oh kamu sudah pulang rupanya?, Ibu sedang menulis tentang kamu nak."

"Oh... ya, Ibu menulis apa tentang Rani?" tanyaku lagi dengan perasaan yang semakin penasaran.

"Bukan hal yang penting, Ibu hanya menulis cita-citamu yang dulu pernah kamu ucapkan kepada Ibu. Ibu berharap dalam usaha meraih cita-citamu itu, kamu dapat mengingat pensil yang Ibu gunakan untuk menulis ini."

"Apa maksudnya Bu, mengapa Rani harus selalu mengingat pensil itu? Lagipula pensil itu terlihat biasa saja, sama seperti pensil lainnya."

Dengan tersenyum Ibu menjawab, "Kamu betul anakku, tapi apakah kamu tahu di balik pensil ini sebenarnya tersimpan kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup?"

"Rani jadi semakin bingung, maukah Ibu menjelaskannya kepada Rani?" tanyaku dengan bingung.

"Tentu saja anakku," jawab Ibu dengan penuh kasih."Ingatlah bahwa dari sebuah pensil kayu yang amat sederhana ini tersimpan 5 kualitas. Kualitas pertama, pensil dapat mengingatkanmu bahwa kau bisa melakukan hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kau jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkahmu dalam hidup ini. Kita menyebutnya tangan Tuhan, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendak-Nya".

"Kualitas kedua, dalam proses menulis, kita kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil yang kita pakai. Rautan itu pasti akan membuat pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, pensil itu akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga denganmu, dalam hidup ini kau harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik".

"Kualitas ketiga, pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar".

"Kualitas keempat, bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalamnya. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu".

"Kualitas kelima, adalah sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan. Sama seperti manusia, kau harus sadar kalau apapun yang kau perbuat dalam hidup ini akan meninggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan."

"Bagaimana, apakah kamu suadah mengerti sekarang?" tannya ibu sambil menatap mataku.

"Iya Bu, Rani sekarang mengerti maksud Ibu. Terimakasih Bu karena telah mengingatkan Rani." jawabku dengan haru.

Aku lalu beranjak menuju kamar dan meninggalkan Ibu melanjutkan tulisannya. Hari itu aku mendapatkan sebuah pelajaran yang sangat berharga dari Ibu. Dalam hati aku berkata "Akan kutuliskan semua kisah hidupku ini dengan sebuah pensil 5 kualitas."


Read more: http://spicaku.blogspot.com/2012/04/hiduplah-seperti-pensil.html#ixzz1vfDFdSMs

Jangan Hidup Seperti LILIN


Seorang sahabat bertanya, berapa jumlah tulisan yang sudah aku kirim dan publish di eramuslim dan kotasantri ? “ Entahlah, aku tak menghitungnya “ jawabku apa adanya. “ Sudah mencapai sekian ?” dia menyebutkan angka. Sekali lagi kukatakan bahwa aku tak terlalu memperhatikannya. Aku tak tertarik untuk menanyakan mengapa tiba-tiba dia bertanya seperti itu. Tapi pertanyaannya telah membawaku pada sebuah renungan. Apakah tulisan yang kubuat mengandung manfaat? Atau hanya sekedar rangkaian kata-kata yang nyaris tanpa makna? Dan apakah dengan tulisan aku telah menjadi seperti lilin, ataukah seperti kunang-kunang? Dengan cahayanya, lilin mampu memberikan terang pada sekitarnya. Namun sayang, pada saat yang bersamaan dia tak mampu menjaga dirinya agar tak habis terbakar. Tak bersisa, lalu gelappun kembali datang. Dalam hal tertentu, banyak orang yang mengagumi pengorbanan lilin. Ia rela mengorbankan dirinya demi kepentingan orang lain. Tapi ketika aku menulis dengan tujuan mengingatkan dan mengajak pada kebaikan, apakah aku harus mengabaikan diri sendiri? Tidakkah seharusnya aku juga melakukannya, bahkan sebelum orang lain? "Perumpamaan orang alim yang menyeru kebaikan kepada manusia, tetapi ia sendiri tidak berbuat baik, bagaikan lampu lilin yang menerangi orang lain namun membakar dirinya sendiri." Seorang sahabat Rasulullah SAW, Usamah bin Zaid pernah mengatakan demikian. Seperti itukah aku? Ini menjadi tanda tanya besar yang harus segera kucari jawabannya. Sangatlah rugi bila ternyata aku larut dalam keasyikan menyusun kata-kata hingga lupa dan terlena untuk berbenah, memperbaiki diri, dari hari ke hari. Sungguh celaka bila aku sibuk mengajak orang lain untuk menjalankan segala yang diperintahkan Allah dan rosul Nya sementara aku justru sedikitpun tak bergerak. Atau penuh semangat aku mengingatkan orang lain agar meninggalkan sejauh-jauhnya segala yang menjadi larangan Allah dan rosul Nya, tapi aku tak pernah malu dan malas melanggarnya. Astaghfirulloh! Sudahkah aku menjadi orang pertama sebelum orang lain - yang membaca tulisanku - melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar? Atau justru aku akan tertinggal di belakang tanpa punya jaminan apakah masih ada kesempatan. Sungguh, aku tak ingin demikian. "Apakah kalian menyuruh orang-orang berbuat baik, padahal kalian melupakan diri sendiri. Sedang kalian membaca kitab Allah, apakah kamu tidak berakal." (QS. Al Baqarah: 44) Terlalu besar bila diumpamakan matahari, terlalu indah jika disamakan rembulan dan terlalu tinggi untuk dikatakan seperti bintang-bintang. Cukuplah aku seperti kunang-kunang, meski terang yang dibagikan hanya sebuah kerlipan, tapi dimanapun ia berada, kemanapun ia menuju, ia mampu memberikan sentuhan keindahan pada gelapnya malam. Ia – dalam dan beserta kelompoknya – mampu memberikan secercah cahaya hingga terlihat jalan kebaikan menuju perbaikan. Tak hanya sesaat, terang sebentar lalu gelap sama sekali. Dan yang jelas, kunang-kunang tetap bisa membagikan cahayanya tanpa harus dirinya terbakar binasa – sia-sia -seperti halnya lilin. Alhamdulillah, aku bersyukur dan berterima kasih kepada tim redaksi yang telah memberikan kesempatan padaku belajar menuangkan ide dalam bentuk tulisan dan membagikannya kepada orang lain. Berapapun jumlahnya – seperti yang sahabatku tanyakan – aku tak menemukan alasan untuk dibanggakan dan memang bukan itu yang menjadi ukuran serta tujuan. Jauh lebih penting – yang harus aku ingat dan perhatikan – aku harus siap mempertanggungjawabkan apa yang telah aku tuliskan dengan segala kekurangan dan kelemahan yang ada. Seperti yang pernah kutulis, bahwa berbicara memang tidak selalu harus bayar. Itu di dunia. Tapi di akhirat kelak, apa yang kita ucapkan di dunia harus kita bayar – pertanggungjawabkan – baik dengan harga dasar – sesuai yang kita ucapkan – atau bahkan lebih dari itu karena efek yang ditimbulkan. Sekecil apapun, sesederhana apapun, semoga aku bersama orang-orang yang membaca bisa mengambil pelajaran, menjadi ingat untuk terus berbenah diri, melakukan kebaikan dan perbaikan dari waktu ke waktu. Masih banyak hal yang harus kubenahi untuk bisa membuat tulisan yang enak dibaca, terlebih yang kaya akan makna. Terima kasih sahabatku, pertanyaanmu telah menyadarkanku sekaligus menyemangatiku untuk selalu intorepeksi dan berusaha lebih baik lagi. Insya Allah.

Dipersilahkan untuk menshare postingan ini dengan mencantumkan abisabila.com sebagai sumbernya

Rabu, 02 Mei 2012

Makalah Metode Khusus PAI


Metode Sosio-drama
PENDAHULUAN
Guru dituntut untuk mampu menyampaikan materi pelajaran dengan baik dan benar, untuk itulah diperlukan suatu metode yang sesuai dengan keadaan siswa agar pembelajaran bisa efektif dan tujuan dari pembelajaran tersebut bisa tercapai.
Kenyataan yang terjadi bahwa pembelajaran yang terjadi di ruang-ruang kelas masih didominasi pembelajaran dengan sistem tradisional. Secara tradisional, pembelajaran telah dianggap sebagai bagian “menirukan” suatu proses yang melibatkan pengulangan siswa, atau meniru-niru informasi yang baru disajikan dalam laporan atau quis dan tes. Moteode pembelajaran yang terjadi adalah model ceramah. Transformasi ilmu hanya satu arah dari guru ke peserta didik. Pembelajaran terjadi monotone dan membosankan bagi siswa.
Beradasarkan keprihatinan atas fenomena yang terjadi tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang pendidik diharapkan mampu untuk mengoperasikan beberapa metode inovatif dalam peristiwa belajar mengajar. Selain itu guru diharapkan mampu untuk berinovasi dalam merancang metode pembelajaran yang menyenangkan. Pada makalah ini kita akan membahas tentang model sosiodrama sebagai salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran
Di dalam teori-teori metode pembelajaran akan ditemukan langkah-langkah sesuai dengan metode yang ingin digunakan. Pasti ada kelebihan dan kekurangan dalam masing-masing metode, untuk itulah seorang tenaga pendidik harus pandai-pandai dalam mengatasi kelemahan dari metode yang digunakan.
.   
PEMBAHASAN
A.                Pengertian Metode Sosio Drama
Menurut Sulaiman Sahlan : Bila ingin terwujudnya siswa yang
berhasil belajarnya baik dan kreativitas yang tinggi, maka satu-satunya cara

adalah dengan mengembangkan kemampuan kreativitas terutama kreativitas belajar.[1] Salah satu cara agar dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa, adalah dengan menggunakan metode sosio-drama.
Sosio drama berasal dari kata sosio yang artinya masyarakat, dan darma yang artinya keadaan orang atau peristiwa yang dialami orang, sifat dan tingkah lakunya, hubungan seseorang, hubungan seseorang dengan orang lain dan sebagainya.
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya.[2]
Metode sosio drama merupakan teknik mengajar yang banyak kaitannya dengan pendmonstrasian kejadian-kejadian yang bersifat social. Menurut Engkoswara: metode sosio drama adalah suatu drama tanpa naskah yang akan dimainkan oleh sekelompok orang. Biasanya permasalahan cukup diceritakan dengan singkat dalam temp 4 atau 5 menit, kemudian anak menerangkannya. Persoalan pokok yang akan didramatisasikan diambil dari kejadian-kejadian social, oleh karena itu dinamakan metode sosio-drama.[3]
Metode ini sebagai prinsip dasarnya terdapat di dalam al-quran, dimana terjadinya suatu drama yang sangat mengesankan antara Qabil dan Habil. Firman Allah SWT.
Katakanlah (YA muhammad) kepada mereka itu dengan sebenarnya akan riwayatnya dua orang anak nabi Adam (yang bernama Habil dan Habil). Yaitu ketika keduanya berkorban kepada  Allah. Maka Allah menerima korban salah seorang diantara keduanya, (yaitu Habil). Allah tiada menerima dari lainnya (yaitu Qabil ). Sebab itulah Qabil amarah kepada Habil, seraya katanya: "demi Allah saya akan bunuh engkau", maka dijawab Habil : "sesungguhnya Allah menerima korban dari pada orang-orang yang takut".
Demi Allah, jika engkau memukul saya dengan tangan engkau karena hendak membunuh saya, maka saya takut akan Allah, yang menjaga semesta alam ini. Saya menghendaki, supaya engkau kembali dengan membawa dosa membunuh saya beserta dosa engkau sendiri. Maka adalah engkau masuk golongan orang-orang yang masuk neraka. Demikian itulah balasan orang-orang yang masuk neraka. Demikian itulah balasan orang -orang yang merugi.
Kemudian itu Allah mengirim seekor burung gagak yang melubangi tanah dengan paruhnya, dan kakinya, supaya diperlihatkannya kepadanya Qabil itu, bagaimana mestinya ia menguburkan mayat saudaranya. Ketika ia melihat kurung itu seraya berkata : "Amat celaka nasib saya, lemahkah saya memperbuat sebagaimana yang dikerjakan burung gagak ini?. Dengan jalan yang demikian dapat saya mengucurkan mayat saudara saya ini". Maka adalah ia masuk orang-orang yang menyesali diri.[4]
Berdasarkan beberapa defenisi tersebut dapat ditarik benang merah bahwa metode pembelajaran sosiodrama adalah model pembelajaran bermain peran dengan mendramatisasi kehidupan nyata atau konflik yang belum terselesaikan dan sistem sosial yang membentuk kita secara individu dan kolektif.
Metode sosio-drama cocok digunakan bilamana:
1)                  Pelajaran dimaksudkan untuk menerankan peristiwa yang dialami dan menyangkut orang banyak berdasarkan pertimbangan didaktis
2)                  Pelajaran tersebut dimaksudkan untuk melatih agar menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat psikologis
3)                  Untuk melatih siswa agar dapat bergaul dan member kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta permasalahannya.[5]
Ada beberapa peranan sosiodrama. Berikut merupakan deskripsi mengenai peranan sosiodrama:
1)                  menanamkan jiwa demokratis dan memupuk partisipasi kolektif dalam pengambilan keputusan.
2)                  Membekali siswa tentang kecakapan hidup di Masyarakat.
3)                  Meningkatkan rasa percaya diri pada siswa dan memupuk keterampilan berbicara di hadapan umum.
4)                  Mempertinggi perhatian siswa terhadap esensi dan materi pembelajaran
5)                  siswa tidak saja mengerti persoalan sosial psikologis,tetapi mereka juga ikut merasakan perasaan dan pikiran orang lain bila berhubungan dengan sesamamanusia, seperti halnya penonton film atau sandiwara, yang ikut hanyut dalam suasana film seperti, ikutmenangis pada adegan sedih, rasa marah, emosi, gembira dan lain sebagainya.
6)                  Siswa dapat menempatkan diri pada tempat orang lain dan memperdalam pengertian mereka tentang orang lain.[6]

Keuntungan-keuntungan/kebaikan-kebaikan yang diperoleh dengan melaksanakan metode sosiodrama
1)                     Untuk mengajar peserta didik supaya ia bisa menempatkan dirinya dengan orang lain.
2)                     Guru dapat melihat kenyataan yang sebenarnya dari kemampuan perserta didik
3)                     Sosiodrama menimbulkan diskusi yang hidup.
4)                     Peserta didik akan mengerti sosial psychologis.
5)                     Metode sosiodrama dapat menarik minat peserta didik.
6)                     Melatih peserta didik uuntuk berinisiatif dan berkreasi.

C.                Kelemahan metode sosio-drama
Kelemahan-kelemahan/kekurangan-kekurang metode sosiodrama
1)                  Sukar untuk memilih anak-anak yang betul-betul berwatak untuk memecahkan masalah tersebut.
2)                  Perbedaan adat istiadat kebiasaan dan kehidupan. Kehidupan dalam suatu masyarakat akan mempersulit pelaksanaannya.
3)                  Anak-anak yang tidak mendapat giliran akan menjag pasif.
4)                  Kalau metode ini dipakainya untuk tujuan yang tidak layak.
5)                  Kalau guru kurang bijaksana tujuan yang dicapai tidak memuaskan.

pelaksanaan sosiodrama dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1)                  Persiapan
Dalam tahap ini perlunya menentukan pokok masalah yang akan didramatisasikan, menentukan para pemain, dan mempersiapkan para siswa sebagai pendengar yang menyaksikan jalannya cerita. Masalah yang akan di dramtisasikan dipilih secara bertahap dimulai dari persoalan yang sedrhana dan dilanjutkan dengan pertemuan-pertemuan berikutnya yang agak sukar dan lebih bervariasi. Pemilihan para pelaku hendaknya secara sukarela, atau bila tidak munkin, sebaiknya guru menunkuk siswa yang dianggap cocok memainkan peran.
2)                  Permainan sosiodrama.
Setelah masalah dan pemainnya disiapkan, diminta kepada mereka untuk mendramatisasikan masalah yang diminta selama 4 – 5 menit menurut pendapat dan inisiasi mereka sendiri. Diharapkan dari peran yang mereka lakukan secara spontan dapat mewujudkan jalannya cerita dan guru hanya mengawasi atau memberikan kebebasan kepada siswa. Bila terjadi kemacetan sebaiknya guru cepat bertindak dengan menunjik siswa lain untuk menggantikannya, atau siswa yang memainkan peran tersebut diberikan isyarat agar mereka dapat membetulkan permainannya. Pelaksanaan sosio-drama ini tidak perlu selesai dan dapat digantikan oleh siswa lainnya.
3)                  Tindak Lanjut
Sosio-drama tidak hanya berakhir pada pelaksanaan dramatisasi, melainkan dapat dilanjutkan dengan Tanya jawab, diskusi, kritik atau analisis persoalan. Bila dipandang perlu, siswa lainnya mengulang kembali untuk memainkan peranan yang lebih baik jika dramatisasi yang lalu dirasa kurang memuaskan.[7]

E.                 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan sosiodrama
1)                  Masalah yang dijadikan tema berita hendaknya dialami oleh sebagian besar peserta didik-murid.
2)                  Penentuan pemeran hendaknya secara sukarela dan motivasi diri guru.
3)                  Jangan terlalu banyak "disutradarai", biarkan peserta didik mengembangkan kreatifitas dan spontanitas mereka.
4)                  Diskusi diarahkan kepada penyelesaian akhir (tujuan), bukan kepada baik atau tidaknya seseorang peserta didik berperan.
5)                  Kesimpulan diskusi dapat diresumekan oleh guru.
6)                  Sosiodrama bukanlah sandiwara atau Drama saja, melainkan merupakan peranan situasi sosial yang ekspresi dan hanya dimainkan satu babak saja

sosio drama berasal dari kata sosio yang artinya masyarakat, dan darma yang artinya keadaan orang atau peristiwa yang dialami orang, sifat dan tingkah lakunya, hubungan seseorang, hubungan seseorang dengan orang lain dan sebagainya.
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya.
kebaikan
kelemahan
1)         Untuk mengajar peserta didik supaya ia bisa menempatkan dirinya dengan orang lain.
2)         Guru dapat melihat kenyataan yang sebenarnya dari kemampuan perserta didik
3)         Sosiodrama menimbulkan diskusi yang hidup.
4)         Peserta didik akan mengerti sosial psychologis.
5)         Metode sosiodrama dapat menarik minat peserta didik.
6)         Melatih peserta didik uuntuk berinisiatif dan berkreasi.
1)      Sukar untuk memilih anak-anak yang betul-betul berwatak untuk memecahkan masalah tersebut.
2)      Perbedaan adat istiadat kebiasaan dan kehidupan. Kehidupan dalam suatu masyarakat akan mempersulit pelaksanaannya.
3)      Anak-anak yang tidak mendapat giliran akan menjag pasif.
4)      Kalau metode ini dipakainya untuk tujuan yang tidak layak.
5)      Kalau guru kurang bijaksana tujuan yang dicapai tidak memuaskan.

Al-Qur’an
Depdiknas.  Strategi Pembelajaran dan  Pemilihannya. (Jakarta: 2008. Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal)
Engkoswara, Dasar-dasar Metodologi Pengajaran, Bina Aksara, (Jakarta: 1984)
Husniah, Nur Aqlia. Penerapan Metode Sosiodrama Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (Ski) Kelas IV B Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Sukun Malang. Malang: Skripsi UIN Maulana Malik Ibrahim, 2011
Sulaiman, Sahlan, dkk, Multi Dimensi Sumber Kreativitas Manusia, (Bandung: Sinar Baru, 1998)
Usman, Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Ciputat Pers. (Jakarta:2002).


[1] Sulaiman Sahlan, dkk, Multi Dimensi Sumber Kreativitas Manusia, (Bandung: Sinar Baru, 1998), Hal.86.
[2] Depdiknas.  Strategi Pembelajaran dan  Pemilihannya. Jakarta: 2008. Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal, hal 23
[3] Drs.Basyiruddin Usman, M.Pd, Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Ciputat Pers. (Jakarta:2002). Halaman 51.
[4] (Q.S. Al-Maidah : 27-31)
[5] Drs.Basyiruddin Usman, M.Pd, Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Ciputat Pers. (Jakarta:2002). Halaman 51.

[6] Nur Aqlia Husniah, 2011. Penerapan Metode Sosiodrama Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (Ski) Kelas IV B Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Sukun Malang. Malang: Skripsi UIN Maulana Malik Ibrahim
[7] Engkoswara, Dasar-dasar Metodologi Pengajaran, Bina Aksara, (Jakarta: 1984), hal 60